Ditulis Oleh admint | |
Rabu, 30 May 2012 | |
Jakalideres - Perseteruan antar suporter Persija dan Persib sudah
berlangsung lama, tepatnya sejak tahun 2000 yaitu bertepatan dengan
Liga Indonesia 6 berlangsung. Di putaran 1 sekitar 6 buah bis suporter
Persib datang ke Lebak Bulus dan masuk ke Tribun Timur. Mereka terdiri
dari banyak unit suporter seperti Balad Persib, Jurig, Stone Lovers,
ABCD, Viking dll. Saat itu yang terbesar masih Balad Persib. Meski
sempat nyaris terjadi gesekan dengan the Jakmania, tapi alhamdulilah
tidak terjadi bentrokan yang lebih luas. Justru suporter Persib
bergerak ke arah the Jakmania tuk berjabat tangan. Gw inget banget yel
mereka waktu itu : “ABCD Anak Bandung Cinta Damai”. Selesai
pertandingan suporter Persib juga didampingi the Jakmania menuju bus
mereka. The Jakmania mengikuti dengan menyanyikan lagu Halo Halo
Bandung.
Penerimaan the Jakmania membuat
Viking berniat tuk mengundang datang ke Bandung saat putaran 2. Dialog
berlangsung lancar karena seorang Pengurus the Jakmania yang bernama
Erwan rajin ke Bandung tuk bikin kaos. Hubungan Erwan dengan Ayi Beutik
juga konon akrab banget sampe2 Erwan pernah cerita kalo dia suka sama
adiknya Ayi Beutik. Melalui Erwan jugalah Viking menyatakan
keinginannya tuk mengundang dan menyambut the Jakmania di Bandung meski
mereka sendiri masih khawatir dengan sikap bobotoh yang lain.
The
Jakmania saat itu belum sebesar sekarang. Yang nonton di Lebak Bulus
aja cuma di sisi Selatan tribun Timur. Jadi bersebelahan dengan Viking.
Nah ajakan Viking itu langsung kita bahas, dan kita memang sudah punya
niat tuk melakoni partai tandang. Dibentuklah kemudian perencanaan,
salah satunya dengan mengutus Sekum dan Bendahara Umum the Jakmania
saat itu yaitu Sdr Faisal dan Sdr Danang. Mereka ditugaskan tuk melobi
Panpel Persib dari mulai masalah tiket hingga tribun the Jakmania.
Kebetulan Danang lagi kuliah di Bandung sehingga tempat kosnya jadi
tempat kumpulnya the Jakers disana. Selain mereka berdua memang adalagi
yang menawarkan diri tuk bantu seperti Sdr Budi Rawa Belong.
Jujur
gw katakan kita memang belum pengalaman mengkoordinasikan anggota tuk
nonton tandang. Tapi yang menjadi masalah justru bukan di koordinator
tapi di anggota. Banyak anggota yang bandel daftar pada hari H nya.
Jumlah yang tadinya cuma 400 orang berkembang menjadi 1000 orang lebih!
Bayangin gimana repotnya kita nyari bis tuk ngangkut segitu banyak
orang. Akibatnya kita berangkat baru jam 12 siang! Itu juga terpecah
menjadi 3 rombongan. Satu bis berangkat lebih dulu karena akan ganti
ban. Disusul 4 bus kemudian. Dan terakhir termasuk gw berangkat dengan
4 bus tambahan.
Keberangkatan kita sendiri juga masih
diliputi keraguan apakah dapat tiket atau tidak. Tim Advance yang
diutus mendapatkan kesulitan mencari tiket. 4 hari sebelum pertandingan
terjadi kerusuhan di stadion Siliwangi akibat distribusi tiket yang
kurang lancar. Ada seorang Vikers yang menganjurkan the Jak tuk hadir
di acara khusus pertemuan tim dengan suporternya. Faisal, Danang dan
Budi ambil keputusan tuk hadir di acara itu. Disana mereka sempat
bertemu Walikota Bandung, Kapolres, Ketua Panpel dan Ketua Keamanan.
Mereka semua menjamin bahwa the Jakmania akan bisa masuk dan tiket akan
disiapkan khusus. Paling tidak itulah info yang gw dapet dari tim
Advance.
1 bis pertama tiba di Stadion
Siliwangi. Viking siap menyambut dan mempersilahkan masuk ke stadion,
padahal tiket belum di tangan. Sayang hal yang dikhawatirkan Viking
terbukti. Perlahan tapi makin lama makin banyak datanglah bobotoh
nyamperin the Jak dengan sikap yang tidak simpatik. Melihat gelagat
buruk ini Viking minta the Jak tuk keluar dulu ke stadion sambil
menunggu rombongan berikut. Sembari menunggu, beberapa rekan ada yang
melaksanakan sholat ashar dulu. Ketika selesai sholat, mulailah terjadi
hal2 yang tidak diinginkan. Rekan2 kita mendapatkan pukulan disana sini
dengan menggunakan kayu. Salah satunya (gw lupa namanya) tersungkur
berlumuran darah yang keluar dari kepalanya. Melihat situasi ini the
Jakmania kembali diungsikan menjauh dari stadion.
Rombongan
besar 8 buah bis akhirnya tiba juga. Tapi karena terlambat, stadion
Siliwangi sudah penuh sesak. Lagipula kita tetap tidak berhasil
mendapatkan tiket. Panpel memang kelihatan salah tingkah dan berusaha
mengumpulkan dari calo2 yang masih beredar di sekitar stadion, namun
jumlahnya juga tidak memadai hanya 300 lembar. Sementara bobotoh yang
masih berada di luar juga mulai melakukan serangan terhadap the
Jakmania. Gw sempet coba menenangkan dan cekcok dengan seorang bobotoh
yang ngambil dengan paksa kacamata anggota kita. Bobotoh itu bilang
kalo dia kesal sama anak Jakarta karena mereka juga diperlakukan dengan
tidak simpatik di Jakarta ketika menyaksikan pertandingan Persijatim vs
Persib di Lebak Bulus. Mereka tidak mau tau kalo Persijatim tu beda
dengan Persija. Seingat gw kejadian ini sempat direkam foto oleh
wartawan dari Tabloid GO dan terpampang jelas esoknya di media
tersebut. Dan kalo ga salah yang nyerang kita tu pake kaos Stone Lovers
dan Persib. Mungkin ada juga yang laen karena gw dah lupa dan kurang
jelas.
Gw lalu ngambil inisiatif tuk nyari
rombongan pertama yang dateng duluan dan mengajak mereka tuk gabung ke
rombongan besar. Disana gw minta maaf ke semua anggota karena gagal
membawa rombongan sampai masuk ke stadion. Di situ dari Panpel juga
sempat minta maaf. Namun kondisi ini tidak bisa diterima oleh seluruh
rombongan, bahkan mereka juga tidak mau berjabat tangan dengan 3 orang
Viking yang masih setia mengawal meski pertandingan sudah berlangsung.
Ketika
rombongan hendak pulang, tiba2 kita diserang lagi oleh bobotoh yang
masih nunggu di luar stadion. Kondisi ini jelas tidak bisa diterima.
Sudah ga bisa masuk masih juga diserang. Akhirnya kita balas perlakuan
mereka. Jumlah bobotoh di luar stadion masih ratusan sehingga
terjadilah bentrokan yang mengakibatkan pecahnya kaca2 mobil akibat
terkena lemparan dari kedua kubu. Ketika polisi datang, keributan
mereda dan the Jakmania mulai beranjak pulang. Sempat pula terjadi
bentrok beberapa kali ketika rombongan berpapasan dengan bobotoh yang
pulang karena tidak kebagian tiket.
Beberapa
waktu kemudian ketika Tim Nasional akan bertanding di Senayan, Viking
Jakarta berniat datang. Gw melihat gelagat kurang baik jadi gw minta
mereka tuk selalu jalan berdampingan dengan gw. Ketika pertandingan
selesai, ada sedikit cekcok antara beberapa orang the Jakmania dengan
pendukung PSIS Panser Biru Jakarta. Gw kemudian meminta Sdr Aceng tuk
ngawal Panser Biru hingga mereka pulang. Ketika gw hendak kembali ke
rombongan Viking, ternyata mereka sudah diserang oleh sekelompok the
Jakmania. Buru2 gw lari kesana dan ngambil lagi syal Persib yang sudah
diambil. Viking gw kawal trus dibantu seorang anggota dari Tanjung
Duren. Di depan, seorang anggota Viking yang mengalami serangan jantung
dibawa naik taksi tuk pulang. Sisanya gw temenin sampe Polda Metro
Jaya. Kalo ga salah ada Viking Depok yang namanya Rusdi. Sebetulnya
menurut gw serangan the Jak saat itu tidak separah ketika kejadian di
Bandung. Toh tidak ada satupun anak Viking yang cedera. Cuma sayang
ternyata di antara mereka ada juga yang berasal dari Bandung dan entah
apa yang mereka ceritakan disana, Viking langsung membalas ketika kita
bertandang ke Cimahi melawan Persikab Kabupaten Bandung.
The
Jakmania awalnya bebas bernyanyi dan memberikan dukungan ke Persija.
Tapi Viking yang awalnya berada di seberang tribun kita mulai bergerak
menghampiri tanpa ada satupun usaha pencegahan dari Panpel. Ketika
dekat mereka langsung meneriakkan kata2 penuh kebencian disertai
lemparan benda2 keras dan botol ke arah kita. Salah satunya mengenai
Sdri Temi yang langsung jatuh pingsan. Gw coba menelpon Sdr Heru Joko
Ketua Umum Viking tuk minta bantuan menghalau anggotanya. Heru saat itu
bilang kalo dia masih di perjalanan tapi akan segera datang. Belakangan
gw dapat kabar dari seorang wartawan kalo Heru ternyata sudah tiba
sejak awal pertandingan …..???!!! Ketika pertandingan usai, Panpel
meminta the Jakmania bertahan dulu di tengah lapangan hingga suasana
aman.
The Jakmania kemudian keluar stadion
dengan pengawalan ketat. Diluar kita diangkut dengan truk polisi dan
panser menuju jalan tol dimana bus2 kita sudah menunggu. Sampai disana
kita mendapati bus kita dalam kondisi hancur berat. Salah seorang
anggota yang usianya mencapai 70 tahun lebih ternyata sudah berada di
dalam bis ketika penyerangan berlangsung. Dia jadi saksi bagaimana
seluruh tas dan perbekalan diambil oleh Viking yang tidak bertanggung
jawab tersebut. Gw langsung telpon lagi Heru Joko tuk protes keras
kenapa dia tidak berusaha meredam amarah anggotanya dan kenapa dia
berbohong mengatakan kalo dia belum tiba di stadion. Tidak ada
penjelasan apapun yang memuaskan hati gw. Dan mulai saat itu gw pikir
sangat sulit tuk berharap hubungan membaik bila pimpinan tidak berusaha
tuk meredam api permusuhan ini.
Sejak saat
itulah api dendam dan permusuhan terus berkobar di kedua belah pihak.
Puncaknya di acara Kuis Siapa Berani di Indosiar. Acara ini diprakarsai
oleh Sigit Nugroho wartawan Bola yang terpilih menjadi Ketua Asosiasi
Suporter Seluruh Indonesia. Waktu itu Sigit sempat telpon gw dan minta
supaya the Jak yang dateng jangan banyak2 tuk menghindari bentrokan. Gw
tunjuk 20 orang peserta dab 3 orang cadangan sesuai permintaan
Indosiar, plus 1 orang lagi bagian dokumentasi. Mereka cuma gw ijinin
pake 3 buah mobil pribadi, karena kalo gw nyewa bis nanti banyak yang
ngikut. Gw sendiri ga ikut acara itu karena harus kerja.
Sayang
bentrokan ternyata ga bisa dihindari. Bukan gw memihak tapi faktanya
memang Viking yang mulai. Mereka neriakin yel2 “Jakarta Banjir” yang
dibales juga oleh the Jak. Suasana memanas hingga akhirnya terjadi
benturan fisik. Ketika ditelpon gw langsung menuju Indosiar pake taksi.
Sampe disana sebagian the Jakmania sudah diluar Indosiar, di dalam gw
liat 6 orang the Jak sedang berselisih dengan Viking. Melihat hal yang
tidak sebanding ini gw langsung mendesak ke arah Viking tanpa gw tau
siapa yang gw serang itu. Sebelumnya gw nyamperin dulu Aremania dan
Pasopati yang hadir disana. Yang gw heran kenapa Viking hadir disana
dalam jumlah yang cukup besar, 2 bis berisi 74 orang.
Letak
Indosiar di Jakarta, jadi ga heran pelan2 berdatanganlah para suporter
Persija kesana. Suasana sudah tidak terkendali dan atas inisiatif
Polisi dan Indosiar, Viking langsung diungsikan dengan menggunakan truk
Polisi. Namun kejadian ini ternyata dah menyebar luas kemana-mana
hingga akhirnya terjadilah penyerangan terhadap rombongan Viking di tol
Kebon Jeruk.
Setelah kejadian itu gw beberapa
kali mendapat panggilan dari pihak kepolisian. Saat itu gw membantah
kalo terjadi penyerangan yang memang dikoordinir oleh the Jakmania.
Juga gw bantah kalo terjadi perampokan. Gw juga heran gimana Viking
menyatakan klo hadiah menang kuis dirampok the Jak padahal hadiah itu
kan belum diserahkan pihak Indosiar. Hadiah untuk the Jak pun sampe
sekarang ga kita terima. Saat itulah nama the Jakmania menjadi buruk.
Di mata media the Jakmania tidak menerima kalah sehingga menyerang.
Opini sudah terbentuk dan masyarakat di Bandung juga ikutan menghujat,
sementara di Jakarta menyayangkan.
Ya
sudahlah. Biarin orang ngomong apa, tapi ga menyurutkan kebanggaan gw
terhadap Persija dan the Jakmania apapun kondisinya. Paling tidak di
mata gw sekarang Viking cuma bisa bekoar nantang tapi ketika kalah
mereka malah ngadu ke polisi. Sesuatu yang dimata gw sangat tidak
suporter.
Semenjak terjadi permusuhan dengan
the Jakmania, apalagi setelah kejadian Indosiar, Viking berkembang
pesat menjadi suporter yang dominan di Bandung. Mereka terus menebarkan
kebencian ke the Jak dengan mengeluarkan kaos2 dan lagu2 yang bersifat
menghujat the Jak. Reaksi anggota the Jakmania juga heboh. Mereka rame2
bikin kaos yang balas menghujat viking. Tapi semua ga ada yang jadi
karena gw melarang seorangpun tuk bikin kaos yang bertuliskan
viking/persib meski dalam bentuk hujatanpun. Bagi gw tulisan yang
pantas berada di kaos suporter Persija hanyalah PERSIJA dan THE
JAKMANIA.
Cuma akhirnya gw nyerah juga, biar
gimana gw ga mungkin ngelawan arus trus. Ini terjadi ketika Ismed
Sofyan diserang sama Viking di Bandung ketika uji lapangan. Kondisi
kaya gini dah ga bisa gw terima. Sejak itulah bertubi-tubi keluar
desain2 dan yel-yel serta lagu menghujat mereka. Cuma tetep ada bedanya
the Jak sama Viking. Kalo the Jak nyanyi hujatan hanya saat
pertandingan melawan Persib, tapi klo Viking sepertinya hendak
melakukan propaganda kepada anggotanya dan masyarakat bola. Mereka
terus melakukan hujatan meski saat itu Persib tanding melawan tim lain.
Sikap ini justru malah mengobarkan api kebencian suporter Persija
terhadap Viking. Sehingga the Jakers banyak yang benci mereka bukan
karena tau kejadian awalnya, tapi karena mereka ga suka dikata-katain
terus. Belakangan Komisi Disiplin mengeluarkan larangan akan hal-hal
seperti ini. Terlambat! Dan penerapannya juga ga konsisten, masih
banyak yang tetap melakukannya, bukan hanya Viking atau the Jakmania
tapi hampir di semua stadion di Indonesia.
Sebetulnya
ada juga pihak2 yang mengusahakan perdamaian. Panpel Persib pernah
berinisiatif mempertemukan the Jakmania dan Viking di Bandung. Gw
sendiri hadir saat itu bersama 2 orang lagi, Heru Joko hadir bersama 3
orang temannya, Panpel Persib dan Manajer Persija saat itu Bpk IGK
Manila. Tapi pertemuan tersebut buntu karena tidak ada niat dari Heru
Joko tuk berdamai.
Perseteruan makin melebar.
Semakin banyak Viking yang masuk ke website the Jakmania dan menebarkan
virus kebencian … semakin banyak dan besarlah kebencian the Jakers ke
mereka. Bahkan Panglima Viking Ayi Beutik sempat mengeluarkan
pernyataan tuk menjaga kelestarian permusuhan ini seperti Barcelona dan
Real Madrid.
Gw sih sebetulnya dah masa bodo
dengan hal ini. Konsentrasi gw sekarang kan di tim, dan the Jakmania
sudah punya pengurus yang baru. Tapi gw juga ga bisa tinggal diam bila
permusuhan ini merembet ke tim masing2. Setelah beberapa kali mendapat
perlakuan buruk tiap bermain di Bandung, akhirnya the Jak melakukan
pembalasan pada bis Persib di Lebak Bulus. Jujur, gw tidak setuju
dengan cara seperti ini, meski gw juga tidak menyalahkan. Seminggu
sebelumnya gw dah bilang di forum the Jakmania di sekretariat Lebak
Bulus, kalo Heru Joko ketua Viking, ikut bantu mengamankan bis Persija
di Bandung. Ia bahkan berada langsung dalam bis Persija. Tapi masa
disana memang sudah sulit terkendali bahkan oleh ketuanya sekalipun.
Apa boleh buat? The Jakmania sudah melaksanakan pelampiasan dendamnya,
sayangnya dengan melakukan tindakan yang sebelumnya mereka cela.
Sekarang
permusuhan the Jakmania kontra Viking menjadi warna tersendiri bagi
sepakbola Indonesia. Seorang sutradara tertarik menjadikan perseteruan
ini sebagai inspirasi dalam filmnya yang berjudul ROMEO & JULIET.
Lucunya di tengah perseteruan, mereka justru kompak untuk menolak film
ini dengan alasannya masing2. Bedanya di Bandung .. Ketua Viking dengan
didukung anggotanya membuktikan ucapannya dengan menggagalkan pemutaran
film ini. Sementara di Jakarta justru sebaliknya, meski pimpinan
menyatakan akan menuntut tapi toh hampir semua bioskop2 di jabodetabek
dipenuhi oleh orang oren yang memang sudah ga sabar menanti film ini
diputar.
Nah, itulah kisah panjang tentang
permusuhan 2 kelompok suporter besar di Indonesia, paling engga dari
kacamata gw. Tulisan ini dibuat atas permintaan seorang bobotoh yang
penasaran dengan sebab musabab permusuhan tersebut. Gw juga ga suka
dengan orang yang berkomentar sinis baik terhadap the Jakmania maupun
Viking. Mereka itu tidak tau apa2, bisanya cuma menghakimi aje. Ada hak
apa mereka menghujat? Liat dulu kisahnya baru mereka akan berpikir dan
bantu mencarikan solusi.
Klo lu tanya ke gw,
masih ada ga kemungkinan damai? Jawabanya ‘bomat” alias bodo amat.
Ngapain mikirin? Bagi gw damai tu bukan kata benda, tapi kata kerja.
Jadi ga usah banyak ngomong deh, yang penting buktiin. Lebih baik
mikirin KOMITMEN masing2 aje, lebih cinta mana kita sama PERSIJA atau
sama PERMUSUHAN DENGAN VIKING?
*Note : Tulisan
oleh Bung Ferry (Salah satu dari 40 pendiri The Jakmania, Mantan Ketua
Umum The Jakmania, tulisan bersumber dari Facebook Bung Ferry per
tanggal 1 Juli 2009)
|
Kami ada karena PERSIJA. Karena kami adalah THE JAKMANIA. Supporter PERSIJA.
Rabu, 30 Mei 2012
The Jakmania Kontra Viking
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar